Ahli Ilmu dan Ahli Taat, Menuju Tadzkiyatun Nafs (Penyucian Diri)
Penyucian diri menjadi orientasi terpenting dalam Islam. Bagi kaum Mukminin, proses penyucian hati di antaranya dilalui dengan selalu berzikir dan mendekatkan diri pada Allah Taala.
Menjaga hati agar tetap selamat di era digital punya tantangan tersendiri. Apalagi bagi mereka yang aktif di media sosial. Saban detik muncul rupa-rupa postingan yang memancing emosi.
Bagi ahli ilmu, ujian terberat adalah mengetahui postingan ilmu pengetahuan dari orang yang dipandang tidak pantas memiliki ilmu pengetahuan tersebut. Bagi ahli taat, ujian terberat ketika melihat postingan ketaatan orang lain yang tampilan zahir-nya tidak mencerminkan dia seorang ahli taat.
Begitulah kaum yang berilmu dan taat sebatas penampilan lahiriah, tidak mengenal rahasia ilahiyah di balik yang tampak. Bahkan rahasia di dalam diri mereka sendiri.
Penyakit Hati
Mereka tidak sadar nyinyiran mereka menyingkap penyakit hati yang ada dalam diri mereka sendiri. Merasa taat padahal sedang maksiat.
Kata Syaikh Ibnu ‘Athaillah: “Bagian nafsu dalam maksiat tampak jelas dan bagiannya dalam taat, tersembunyi lagi samar. ”Keinginanmu agar orang mengetahui keistimewaanmu adalah bukti ketidaktulusan dalam ubudiyahmu.”
Salah satu bentuk menunjukkan keistimewaan diri sendiri adalah dengan nyinyirin aib, kekurangan dan kelemahan orang lain. Itu pun belum tentu benar, karena masih berupa anggapan berdasarkan penglihatan mata kepala dan pendengaran dua telinga.
Nyinyirin ilmu dan amal orang lain menunjukkan ada nafsu yang menimpali ilmu dan amal shalih kita selama ini.
Syaikh Zarruq menerangkan, “nafsu merasa senang menganggap diri telah melakukan penyucian jiwa (tadzkiyatun nafs), nafsu senang merasa nikmat memperhatikan kekurangan orang lain yang secara otomatis mengangkat perasaan dirinya dan mengokohkan keangkuhannya”.
Selanjutnya, kata Syaikh Zarruq, “bagian nafsu dalam ketaatan bersifat lebih batini, sangat lembut tersembunyi sehingga susah terdeteksi dengan baik dalam bentuk perbuatan maupun pikiran. Kadang-kadang ketaatan memberi kesenangan kepada nafsu sebagaimana kemaksiatan.”
Nafsu dalam ketaatan sangat halus, lembut, samar dan tersembunyi. Sulit dideteksi kecuali oleh orang yang mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Kata Syaikh Ibnu ‘Athaillah: “Sungguh sulit menyembuhkan penyakit yang samar dan tersembunyi”.
Merasa sudah taat dan menganggap orang lain ahli maksiat dari penampilan fisiknya, menurut Syaikh Zarruq merusak jiwa karena tiga alasan: karena ia menganggap suci jiwanya dengan melihat keutamaan dirinya sendiri, menyempitkan rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya dan menyakiti hamba-hamba Allah dengan merusak hijab yang menutupi rahasia mereka.
Nyinyiran ahli ilmu dan ahli taat kepada orang lain menjadi alarm bagi dirinya, masih ada kotoran di dalam hati dan jiwanya. Bagi orang yang di-nyinyirin, nyinyiran mereka menjadi penghapus dosa, penaik derajat dan penambah kemuliaan di hadapan Allah SWT.
(Catatan Ayik Heriansyah, Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jabar)
Advertisement