PG Gempolkreep Sejak Kolonial Hingga Milenial Jadi 'Kapal Induk'

Mojokerto

Minggu, 26 Maret 2023 21:29 WIB

Masuk gerbang dalam areal Pabrik Gula Gempolkrep Mojokerto, Jawa Timur pandangan mata langsung beradu dengan bangunan tinggi besar berwarna hijau. Di tengahnya terdapat tulisan 1912 dengan bingkai yang melingkar. Depan bangunan ini juga terdapat lokomotif kereta lori yang sudah tak difungsikan lagi.

"Kalau menurut tulisan itu, mungkin didirikan tahun 1912. Tapi kalau saya melihat literatur sejarah pabrik ini ada yang menyebut didirikan pada 1849. Mungkin jeda waktu itu ada revitalisasi," kata Edy Purnomo General Manajer Pabrik Gula Gempolkrep kepada Ngopibareng.id beberapa waktu lalu.

Kata Edy, kalau membaca sejarah, maka sebenarnya pabrik gula di Mojokerto itu dulunya ada enam pabrik yang tersebar mulai di Brangkal, Perning, Trowoulan dan sebagainya. Dari enam pabrik tersebut yang masih bertahan hanya Pabrik Gula Gempolkrep. Dan pabrik ini memang dikembangkan kapasitasnya. Terbukti dengan dibangunnya jalan lori, saluran air dan pengembangan lahan.

"Artinya PG Gempolkrep ini mungkin memang sejak zaman kolonial memang diproyeksikan untuk meng-cover lima pabrik gula lainnya yang sudah ditutup," kata Edy.

Apa yang dikatakann oleh Edy ini memang benar. Jika melihat literatur sejarah, maka dulu pabrik gula ini adalah pabrik gula milik Belanda yaitu Suiker Pabrik Gula Gempolkrep, dengan nama NV. Cultuur Maatschappil Gempolkrep. Milik dari N.V Kooy A Coster Van Voor Hout. Pabrik ini didirikan pada tahun 1849.

Selain Pabrik Gula Gempolkrep di Mojokerto saat itu memang berdiri pabrik gula lainnya yaitu Sugar Factory Sentanen Lor, Sugar Factory Bangsal, Sugar Factory Brangkal, Sugar Factory Tangoenan, Sugar Factory Kenanten dan Sugar Factory Gempolkrep

Kecuali Pabrik Gula Gempolkrep, pabrik–Pabrik tersebut kemudian ditutup, sedang sisa asset berupa tanah dan bangunan menjadi milik Pabrik Gula Gempolkrep. Areal dari pabrik-pabrik tersebut kemudian menjadi areal Pabrik Gula Gempolkrep sampai sekarang.

Seperti halnya pada masa kolonial yang mempertahankan PG Gempolkrep untuk meng-cover pabrik-pabrik gula lain yang ditutup, sekarang pun pabrik ini masih menjadi penyangga. Dalam istilahnya Edy Purnomo, PG Gempolkrep menjadi kapal induk bagi pabrik-pabrik gula lain di lingkungan PTPN X. Menjadi kapal induk tak hanya sebagai penyokong laba secara umum pabrik gula di PTPN X jadi juga menjadi penyuplai ampas tebu untuk pabrik gula lain sebagai bahan energi.

Asal tahu saja Ampas tebu merupakan sumber energi yang terbarukan. Kebutuhan energi untuk produksi gula kristal dapat dipenuhi dengan sebagian ampas dari gilingan akhir dan diperoleh kelebihan ampas yang dapat dijual sebagai bahan baku industri kertas, jamur, kompos atau dijual dalam bentuk tenaga listrik.

Tim Editor

Amir Tejo

Reporter & Editor

Berita Terkait

Jumat, 19 April 2024 13:35

Kades Sampangagung Mojokerto Terjerat Korupsi Rp360 Juta

Kamis, 18 April 2024 13:44

PAD Kota Mojokerto Tembus Rp71,4 Miliar pada Triwulan Pertama

Rabu, 17 April 2024 19:48

Selama Lebaran, Kunjungan Wisata di Mojokerto Menurun

Senin, 08 April 2024 16:50

Pengedar Pil Koplo Jaringan Antar Kota Diringkus Polisi Mojokerto

Bagikan Berita :