Kakak dan Adik yang Ikhlas Menjamu Tamu Allah di Masjidil Aqsa

Feature

Kamis, 01 Maret 2018 14:30 WIB

Pengalaman mendaki Gunung Tursina dirasakan amat menakjubkan. The Warriors, begitu Teuku M. Ali menjuluki 14 jamaah -- dua di antaranya wanita - yang mendaki Gunung Tursina, semuanya amat puas dan bahagia bisa memperoleh kesempatan ini. Diperlukan waktu sekitar  9 jam untuk naik ke puncak Gunung Tursina dan turun kembali.

Seorang jamaah harus turun di tengah pendakian, yaitu H. Yasir Hasyim. "Karena jatuh dan kakinya cedera terkilir," ujar H Hamka asal Makassar yang ikut mendaki bak film The Ten Commandement.

"Di puncak Gunung Tursina sungguh indah. Saya merasa bisa menggapai bintang," kisah H. Sofyan.

Alhamdulillah. Setelah 12,5 jam lamanya membelah Gurun Sinai, melewati perbatasan negara Mesir-Israel yakni kota Taba dan Eliat, akhirnya 46 jamaah yang melakukan safar Jelajah Negeri Para Nabi  tiba di Jerussalem, Palestina  Kamis malam 22 Februari pukul  21.49 waktu setempat atau Jum'at pukul  02.49 WIB.

Usai sholat subuh diterima oleh Imam Besar Aqsa Syaikh Yusuf dan diajak ke makam Nabi Sulaiman AS yang lokasinya di sisi timur halaman Masjidil Aqsa. Ini bisa terjadi lantaran team leader H Teuku M. Ali sudah beberapa kali ke Aqsa dan dikenal dekat oleh Syaikh Yusuf.

Syaikh Yusuf yang ramah itu mengatakan,: "Silakan semua masuk untuk ziarah. Nanti saya akan bertausyiah sedikit tentang hubungan Aqsa-Rasulallah-Allah," kata Syaikh Yusuf yang masih memakai gamis kebesaran imam seraya mengeluarkan kunci untuk membuka pintu bangunan maqam Nabi Sulaiman AS.

Siang hari, kami menunaikan sholat Jumat di Masjidil Aqsa. Usai sholat rombongan MyHalalTrip melanjutkan safar Jelajah Negeri Para Nabi ke Jericho. Sebelum berangkat kami menikmati makan siang di New Metropole Hotel dengan menu khusus maghlubi, yakni nasi yang dihidangkan langsung ditumplek (dibalik) dari pancinya. Maghlubi ini makanan khas negeri Syam yang dimasak dalam satu adonan panci, berbarengan dengan lauk ayam dibumbui rempah-rempah dan minyak zaitun.

 

Penulis di depan Masjid sekaligus makam Nabi Musa. (foto: ferry is mirza)
Penulis di depan Masjid sekaligus makam Nabi Musa. (foto: ferry is mirza)

Jericho dikenal sebagai kota tertua di dunia. "Kota ini, menurut sejarah sudah ada sejak 10 ribu tahun lalu," jelas Jamal Selfiti, guide asal Jerusalem yang fasih berbahasa Indonesia.

Tak hanya berpredikat sebagai kota tua, Jamal menuturkan, Jericho juga dinobatkan kota paling rendah posisinya. "Kota ini berada 1300 feet di bawah permukaan laut," tambah Jamal.

Sepanjang masuk Kota Jericho, mata memandang kebun kurma dan buah serta sayuran. Kata orang Jawa, kota ini ijo royo-royo yang bermakna subur. 

Kurma asal kota tua ini disebut mojool. Ukurannya lebih besar dibanding kurma Sukari dan Ajwa. Dagingnya kenyal manis dan bijinya panjang. Selain itu,Jericho penghasil buah jeruk, tomat, delima, jagung dan sayuran seperti brokolin dan sawi.

Selepas dari kota Jerico, kami melanjutkan safari  ke Gurun Jericho untuk ziarah ke maqam Nabi Musa AS. Alhamdulillah di maqam nabi penerima 10 perintah Allah (The Ten Commandement) saat di Gunung Tursina itu, semua jamaah menunaikan sholat maghrib dan isya.

Selama tiga hari berada di Jerusalem, saat berangkat menunaikan sholat subuh dan kembali ke St George hotel, kami melewati Herods Gate, jalan masuk ke komplex Baitul Maqdis dari pintu sebelah timur.

Ada yang menarik bagi penulis untuk mengamati lorong yang dihuni kaum muslim "penjaga" tempat Rasulallah saat ber-Isra Miraj' itu. Yakni di tengah lorong arah pintu gerbang hijau atau di sisi timur dari Dome of the Rock, tepatnya di kiri jalan sepulang dari Masjidil Aqsa, ada dua lelaki paruh baya dan ditemani anak wanita yang membagikan minuman,

"Sahie sabilillah, fadhol...." kata pria yang di depan lapak meja sambil menyodorkan gelas kertas kecil. Sahie adalah teh.

"Alhamdulillah," jawab penulis menerima minuman sahie (teh) itu sambil mengambil kurma mahjool khas asal Jericho.

Kedua laki-laki itu adalah kakak beradik, Chalid dan Walid, sang kakak. Chalid, 63 tahun menjelaskan, anak perempuan  yang membagikan teh itu adalah Amira, 9 tahun, adalah puteri bungsunya yang sekolah di madrasah. Sedang Walid, kakaknya berusia 67 tahun.

"Kami melakukan sabilillah ini ikhlas lillahita'ala. Dan sudah 25 tahun kami jalani melayani para jamaah dari negara mana pun yang sholat subuh di Aqsa, termasuk Anda dari Indonesia. Doakan kami istiqamah bersabillah hingga Al Quds bebas dari cengkeraman rezim Israel," jelas Chalid sambil menjabat erat tangan penulis.

Ikhlas sekali keluarga Chalid dan Walid, yang sebenarnya adalah pedagang kelontong itu. Bayangkan, separuh usia mereka diabdikan untuk bersabilillah bagi jamaah yang sholat subuh di Aqsa. Berapa banyak air, teh, gula dan kurma serta gelas kertas yang sudah terpakai buat sabilillah itu.  Mereka menjamu tamu-tamu Allah dengan ikhlas. Allah yang akan membalas keikhlasan mereka.  (Ferry Is Mirza/Habis)

Tim Editor

M. Anis

Reporter

Publisher belum ada

Berita Terkait

Jumat, 15 Maret 2024 06:04

Mesigit Tebon, Jejak Sejarah Ajaran Toleransi Mbah Jumadil Kubro

Kamis, 14 Maret 2024 04:40

Jejak Dakwah Mbah Jumadil Kubro di Desa Jipang Cepu Blora

Minggu, 03 Maret 2024 09:29

Pasar Lawas Lidah Ndonowati, Nostalgia di Kota Metropolitan

Sabtu, 17 Februari 2024 19:11

Dedikasi dan Inspirasi Penerima Penghargaan Duke of Edinburgh

Bagikan Berita :