
NU dan Nasionalisme
DITULIS USER

ngopiOPINI 19 Feb 2017 WIB
Kebangsaan Rakyat Kebanyakan
Selalu saja.
NU menjadi garda.
Penjaga Negara dan bangsa.
Terus tiada bosan-bosannya.
Teriakkan selalu rasa bangga.
Satu nusa dan satu bangsa.
Satu bahasa persatuan Indonesia.
Setiap kali momen terjadi teriaakan rasa.
Nasionalisme yang tersimpan di dada.
Hanya kali ini.
NU bertanya lagi.
Mengapa justru para petinggi.
Tidak konsisten dengan janji-janji.
Tunaikan tugas dengan penuh hati-hati.
Justru kontroversial yang menyakitkan hati.
Wong cilik kurang menjadi orientasi.
Bahkan masih saja problem menjadi-jadi.
Wong cilik tidak menjadi prioritas jadi peduli.
Lihat saja proyek reklamasi di DKI.
Betulkah menjadi keuntungan untuk negeri.
Kuatir saja nanti akan gusur para pribumi.
Mungkin saja.
Perlu evaluasi bersama.
Sebagai realisasi kebangsaan kita.
Kepada program-program pemerintah.
Tanpa harus melakukan huru hara.
Datangi saja para penggulu Negara.
Ajak bicara dengan musyawarah.
Para Kiyai dan para tokoh petinggi agama.
Tanyakan semua program yang ada.
Betulkah tidak akan merugikan kita semua.
Mungkin ini.
Seruan dengan mengingati.
Kebijakan para petinggi negeri.
Sebagai yang selalu diprintah ilahi.
Al amru bil ma'rufi wan nahyu 'anil mungkari.
Nasionalisme kita.
Harus wujudkan dalam program kerja.
Bukan hanya semboyan di di bibir dan di dada saja.
Bungurasih, 19 Peb 2017
'Abd Al Haris Al Muhasibi
Penulis : Prof Dr Abdul Haris
Bagikan artikel ini
Konten pada website ini merupakan konten yang ditulis oleh user. Tanggung jawab isi sepenuhnya pada user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini. Namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.